MAKALAH
TEORI
BIAYA DAN PENERIMAAN
OLEH :
RANDO SONY PUTRASMA : (1730403078)
MATA KULIAH :
ILMU EKONOMI MIKRO ISLAM
DOSEN
MATA KULIAH :
DR. H. SYUKRI ISKA,M.AG.
IFELDA NINGSIH,S.E.I.,MA
IFELDA NINGSIH,S.E.I.,MA
JURUSAN AKUTANSI SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018 M/1439 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian
besar keputusan yang diambil oleh manajemen memerlukan informasi biaya yang
didasarkan pada perilakunya. Oleh sebab itu perlu diketehaui penggolongan biaya
atas dasar perilakunya yang dimaksud dengan perilaku biaya adalah pola
perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas
perusahan (misalnya volume produksi atau volume penjualan). Pengertian secara ekonomis, biaya
merupakan beban yang harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan
jasa sampai barang tersebut siap untuk
dikonsumsi. Karakteristik
dari sistem bunga dalam analisa biaya produksi adalah bahwa biaya bunga yang
harus dibayarkan oleh produsen yang sifatnya tetap. Denga demikian, biaya bunga
akan menjadi bagian dari fixed cost, dengan kata lain berapapun jumlah output
yang berproduksi bunga tetap harus dibayar. Biaya total merupakan gabungan
antara biaya yang berpola tetap (biaya tetap) dan berpola variable (biaya
variable). Umumnya untuk penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk garis
lurus dan linier, untuk hal tersebut, diperlukan beberapa asumsi
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan Pengertian Biaya dan Penerimaan ?
2.
Apa itu Konsep Biaya Produsen ?
3.
Sebutkan Macam-Macam Biaya ?
4.
Apa itu Pola Prilaku dan Fungsi Biaya ?
5.
Jelaskan Dampak Bunga dan Bagi Hasil dalam Produktifitas
?
6.
Jelaskan Pajak dan Zakat dalam Analisis Pembiayaan dan
Pinjaman ?
C.
Tujuan Makalah
1.
Pemakalah berharap bisa menguasai materi Pengertian Biaya
dan Penerimaan.
2.
Dengan menguasai materi Pengertian Biaya dan Penerimaan
pemakalah bisa membagikannya kepada orang lain.
3.
Pemakalah berharap pembaca bisa menguasai dan mengerti
dengan meteri Pengertian Biaya dan Penerimaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
biaya dan penerimaan
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu
dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang
menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi. Beban (expense) adalah biaya yang dibebankan dengan pendapatan dalam
suatu periode akuntansi. Pengertian secara ekonomis, biaya merupakan beban yang
harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan jasa sampai barang tersebut siap untuk dikonsumsi (Hidayat, 2010, hal.193).
Sebagian besar keputusan yang diambil
oleh manajemen memerlukan informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya.
Oleh sebab itu perlu diketehaui penggolongan biaya atas dasar perilakunya yang
dimaksud dengan perilaku biaya adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya
dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas perusahan (misalnya volume
produksi atau volume penjualan).
Besar kecilnya biaya dipengaruhi oleh
besar-kecilnyavolume produksi atau volume penjualan. Berdasarkan hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan perusahan. Biaya dapat digolongkan atas: Biaya
Variable, Biaya Tetap, dan Biaya Semi Variable dan atau biaya Semi Tetap.
Berikut ini penjelasan masing-masing jenis biaya tersebut. Salah satu
maksimisasi keuntungan produsen/perusahan adalah dengan manimisasi biaya
produksi.
Konsep Biaya Produsen
Kita mengetahui bahwa biaya total (TC =
total cost) adalah merupakan penjumlahan dari biaya variable (VC =variable
cost) ditammbah dengan biaya tetap (FC =fixed cost).
VC adalah biaya untuk pengeluaran
input-input variable.
FC adalah biaya untuk pengeluaran
inpu-input tetap.
Dalam analisis produksi jangka pendek
(short run), maka VC merupakan fungsi outputnya (q) sehinggah bila produsen
tidak berproduksi maka VC=0, tetapi FC yang tidak merupakan fungsi q tetap ada
dan jumlahnya tetap (Suprayitno, 2008, hal. 187-188).
Macam-macam Biaya
Secara teoritis biaya
ekonomi dipandang dari sisi waktu dapat digolongan menjadi 2 saja yaitu biaya
jangka pendek dan jangka panjang. Dari segi pemanfaatannya biaya digolongkan
menjadi 2 macam yaitu:
1.
Biaya explisit
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi.
Pengertian ini sudah sering dibahas pada teori pilian produsen yaitu pada
kondisi di mana biaya adalah merupakan fungsi tujuan perusahaan [ C P TK + P M]
2.
Biaya implisit.
Pengertian biaya implisit merujuk pada defininsi matematika yaitu biaya
takasiran yang dimiliki oleh faktor produksi apabilah digunakan.
Berdasarkan pertangung jawabannya, biaya digolongkan menjadi 2
macam yaitu biaya internal dan biaya eksternal. Biaya internal adalah biaya
yang dikeluarkan dalam rangka operasional perusahan (eksplisit maupun
implisit). Biaya eksternal adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahan
sehubung dengan dampak atau akibat dari operasional perusahan. Misalnya biaya
atas pencemaran dan kerusakan lingkungan sekitar perusahaan, biaya program peningkatan peran serta perusahaan
terhadap lingkungan dan lain sebagiannya. Dipadang dari sisi waktu biaya
dikelompokan menjadi:
1.
Biaya tetap (Fixed Cost = FC). Yaitu segalah macam biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tidak memadang apakah perusahaan itu
sedang menghasilkan barang atau tidak. Biaya tetap ini biasanya dalam bentuk
gaji karyawan, abodemen, sewa dan lain sebagiannya. Dalam tahap di mana
perusahaan tidak berproduksi maka biaya
tetap adalah merupakan biaya total. Jadi FC = TC.
2.
Biaya Variable (Variable Cost = VC). Yaitu segalah macam
biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan besar kecilnya unit produksi yang
dihasilka. Bila misalnya tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan tidak
digaji melainkan di upah, maka bebannya termasuk dalam biaya viriable ini,
bukan dalam biaya tetap. Secara teoritis biaya variable dikelompokan menjaddi 3
macam yaitu:
a.
Biaya variable yang bersifat progresif. Yaitu biaya
variable yang nilainya semakinn besar seiring dengan semakin bertambahnya beban
produksi.
b.
Biaya variable yang bersifat proporsional yaituu biaya
variable yang proporsi nilainya sama dengan proporsi pertambahan beban
produksi.
c.
Biaya variable yang bersifat degresif yaitu biaya
variable yang nilainya semakin menurun seiring
bertambahnya beban produksi ( Hidayat, 2010,hal. 195).
3.
Biaya semi variable yaitu biaya-biaya yang totalnya
selalu berubah tetapi tidak proporsional
dengan perubahan volume kegiatan-kegiatan perusahaan. Berubahnya biaya ini
tidak dalam tingkat perubahan yang kostan.
Dari grafik di atas, nampak bahwa biaya semi variable
jumlahnya selalu beerubah sesuai dengan perubahan volume meskipun perubahannya tidak
proporsioanal karena biaya-biaya tersebut mengandung unsur sesuatu yang
variable dan unsur yang tetap (Suprayitno, 2008,hal. 191).
Pola
Perilaku dan Fungsi Biaya
Perubahan biaya total sebagai akibat dari perubahan
volume kegiatan perusahaan, untuk menggambarkan hubungan antara biaya total
dengan volume kegiatan perusahaan, pada umunya dinyatakan denga fungsi biaya
berikut :
Biaya Total = Biaya
Tetap Total + Biaya Variable Total
|
TC = VC + FC
C = f(q) + b
|
Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola
tetap (biaya tetap) dan berpola variable (biaya variable). Umumnya untuk
penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus dan linier, untuk
hal tersebut, diperlukan beberapa asumsi, yaitu :
1.
Hubungan teknis antara input dan output bersifat linier,
misalnya setiap satuan output mermelukan
jumlah input yang sama besarnya
2.
Jumlah input yang diperlukan harus sama dengan jumlah
input yang digunakan
3.
Harga perolehan input bersifat linier dengan kuantitas
input yang digunakan
Asumsi tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima
oleh para akuntan dan manajer dalam menentukan pola tingkah laku biaya. Pada
kenyataannya banyak hal yang membuat sesuatu biaya mutlak berperlaku tetap atau
variable.
Metode
Penentuan Pola Perilaku Biaya
Terdapat tiga pendeketan dalam menentukan pola perilaku
biaya:
a.
Pendeketan Intusi
Merupakan
pendekatan yang didasarkan intuasi manajemen. Intuisi tersebut bisa didasari
atas surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja dengan pihak lain dan
sebagiannya. Contoh: Manajemen menetapkan bahwa biaya penuyusutan merupakan
buiaya tetap, biaya komisi merupakan biaya variable dan lain sebagiannya.
b.
Pendekatan Analisis Enjinering
Yang
didasarkan pada hubungan fisik yang jelas antara masukan (input) dengan
keluaran (output). Misalnya: sebuah perusahaan yang memproduksi mobi, maka
sebuah mobil secara fisik dapat diketahui bahwa akan memerlukan sebuah mesin.
Dengan demikian harga ban merupakan harga yang membentuk biaya variable.
c.
Pendekatan Analisis Data Biaya Masa Lalu
Pendekatan
yang didasarkan pada data biaya masa lalu. Pendekatan ini bersasumsi bahwa
biaya dimasa yang akan datang sama periiilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu
dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya (Suprayitno, 2008,hal.
192-195).
B.
Dampak Bunga dan Bagi Hasil
dalam Produktifitas
Karakteristik dari sistem bunga dalam analisa biaya
produksi adalah bahwa biaya bunga yang harus dibayarkan oleh produsen yang
sifatnya tetap. Denga demikian, biaya bunga akan menjadi bagian dari fixed
cost, dengan kata lain berapapun jumlah output yang berproduksi bunga tetap
harus dibayar. Konsekuensi lebih lanjut keberdaan biaya bunga akan meningkatkan
total biaya (TC atau Tci).
Dengan menggunakan sistem bagi hasil, hal ini
tidak terjadi naiknya total cost akan mendorong Break Even Point dari titik Q
ke Qi. Untuk mengilutrasikan perbedaan dampak dari sistem bagi hasil dapat
digambarkan berikut. Seorang petani yang menanam padi menghadapi kendala passar
beras sebagai berikut; harga jual beras yang diminta passar adalah Rp2.000 per
satu kg, bila dua kg, maka penerimaannya dari penjualan beras adalah Rp4.000
dan seterusnya.
Adanya beban bunga yang harus dibayar produsen sama sekali tidak akan
memengaruhi kurva penerimaan. Oleh karena itu, kurva total penerimaan (TR)
dalam sistem bunga adalah Tri = TR. Berbeda dengan sistem bunga, pada sistem
bagi hasil, kurva fixed cost tidak terpengaruh, tetapi perbelakuan sistem ini
akan berpengaruh terhadap kurva TR (total revenue). Misalkan pada saat masa
tanam, si petani membutuhkan sejumlah dana dari seorang shahibul maal.
Diasumsikan antar petani dan shahibul maal membuat kesepakatan bahwa nisbah
basil adalah 70:30 dari penerimaan (70% untuk petani, 30% untuk
pemodal/shahibul maal).
Contoh, bila terjual satu kg, maka bagi hasil yang diterima petani adalah
Rp1.400, sedangkan porsi bagi hasil untuk shahibul maal adalah Rp600, bila dua
kg maka Rp2.800 untuk petani dan seterusnya.
Jadi bila sistem bunga yang berubah adalah kurva TC yaitu kurva TC akan
bergeser paralel ke kiri atas, sedangkan dalam sistem bagi hasil yang berubah
adalah kurva TR akan berputar ke arah jarum jam dengan titik 0 sebagai sumbuh
putarannya (lihat gambar 8). Semakin besar nisbah bagi hasil yang diberikan
kepada pemodal (ekstrimnya limit dari nisbah 0:100) maka kurva TR itu semakin
mendekati horizital sumbuh X.
Titik BEP adalah titik impas, yaitu ketika kurva TR berpotong dengan kurva
TC, atau secara matematis titik BEP terjadi ketika TR = TC. Dengan berputarnya
kurva total penerimaan dari TR menjadi TRrs, titik BEP yang tadinya terjadi
paada jumlah output Qrs.
Dari sisi BEP, kita tidak dapat menjawab pertanyaan apakah penggunaan
sistem bunga akan membawa perilaku produsen untuk berproduksi pada tingkat
output yang lebih kecil, lebih besar atau sama dengan tingkat output sistem bagi hasil? Di kedua sistem ini,
kita mendapatkan bahwa Oi > Q dan Qrs > Q. Apakah Qi >Qrs atau Qi <
Qrs atau Qi = Qrs ditentukan dari berapa besar nisbah bagi hasil. Perbedaannya
adalah pada penyebabnya, bila Qi disebabkan naiknya TC, maka Qrs disebabkan
berputarnya TR. Yang pasti adalah bahwa kedua sistem, baik sistem bunga maupun
reveneu sharing akan menggeser Q menjadi lebih besar. Kenapa bisa demikian?
Logika sederhananya begini, bila si petani dalam memproduksi padi tanpa
menggunakan sumber modal dari pihak lain maka si petani akan berproduksi dan
menjual berasnya pada jumlah yang menyebabkan atau paling sedikit memberikan
keuntungan.
Contoh: Keuntungan baru akan didapat apabila jumlah beras yang diproduksi
minimal 100 kg. Namun, apabila si petani tersebut menggunakan sumber dana (baik
dengan sistem bunga maupun bagi hasil) maka tuntukan untuk memenuhi keuntungan
minimal adalah lebih besar dari 100 kg. Tuntutan ini sebagai konsekuensi atas
pembayaran bunga dan bagi hasil yang harus dibagi ke pihak lain.
Misalkan, dengan adanya konsekuensi pembayaran bunga atau bagi hasil,
keuntungan minimal baru akan didapat apabila julah beras yang diproduksi
minimal 120 kg. Dengan demikian, karena adanya konsekuensi pembayaran kepada
pihak ketiga, maka produsen akan terdorong untuk memproduksi barang pada jumlah
yang lebih besar (Karim, 2014,hal. 177-181).
C.
Pajak dan Zakat dalam
Analisis Pembiayaan dan Pinjaman
Meskipun sistem ekonomi yang islami tidak melarang secara mutlak pemungutan
pajak, tetapi pajak merupakan sumber penerimaan negara yang tidak dianjurka.
Selain telah ada zakat, pemungutan pajak juga dapat membebani masyarakat
sehingga sedapat mungkin dihindari. Menurut Qardhawi (1991) pajak dalam sistem
ekonomi Islami akan dikenakan hanya jika:
a) Benar-benar
dibutuhkan, jadi ia bersifat darurat.
b) Pembagian beban pajak
dengan adil.
c) Dan pajak benar-benar
digunakan untuk pembangunan.
Dalam
kegiatan produksi berbagai pajak memang dapat akan mempengaruhi struktur
biaya-penerimaan, sehinggah akhirnya juga akan mempengaruhi berbagai keputusan
produksi lainnya.
Salah satu contoh yang mudah dijumpai adalah pengenaan pajak penjualan atau
pajak pertambahan nilai (PPN) pada barang produksi. Pengenaan pajak ini tentu
saja akan menyebabkan harga jual suatu barang meningkat. Misalnya, pengenaan
pajak penjualan atas suku cadang kendaraan atau atau mesin sebesar 10% tentu
saja akan meningkatkan harganya (dari posisi harga tidak dikenakan pajak).
Kenaikan ini pada akhirnya akan mengurangi permintaan konsumen dan kemudian
menurunkan penjualan barang tersebut (Hendri, Anto, 2013,hal. 262-263).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah ini yang telah dilakukan maka kesimpulan dari permasalahan yang telah diangkat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya adalah semua
pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan
dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi
maupun yang akan terjadi. Beban (expense) adalah biaya yang dibebankan
dengan pendapatan dalam suatu periode akuntansi. Pengertian secara ekonomis,
biaya merupakan beban yang harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan
jasa sampai barang tersebut siap untuk
dikonsumsi.
2.
Karakteristik dari sistem bunga dalam analisa biaya
produksi adalah bahwa biaya bunga yang harus dibayarkan oleh produsen yang
sifatnya tetap. Denga demikian, biaya bunga akan menjadi bagian dari fixed
cost, dengan kata lain berapapun jumlah output yang berproduksi bunga tetap
harus dibayar. Konsekuensi lebih lanjut keberdaan biaya bunnga akan
meningkatkan total biaya (TC atau Tci). Dengan menggunakan sistem bagi hasil, hal
ini tidak terjadi naiknya total cost akan mendorong Break Even Point dari titik
Q ke Qi.
3.
Zakat maupun pajak pada dasarnya dikenakan atas objek yang sama yaitu penghasilan yang
diterima wajib pajak (muzaki).
B.
Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu pemakalah sangat berharap banyak
kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar
makalah yang kedepannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anto, Hendri. 2003. Pengatar Ekonomika Mikro Islami.
Condongcatur, Depok, Sleman,
Yogyakarta: Jalasutra
Hidayat, Cecep. 2010. Pengatar Mikro dan Makro.
Jakarta: Mitra Wacana Media
Karim, Adiwarman. 2003. Ekonomi Mikro Islami.
Jakarta: Jl. Panglima Polim VII / 129
Suprayitno, Eko. 2008. Ekonomi Mikro Perpsektif
Islam. UIN-Malang Press
Komentar
Posting Komentar